Agar kita mudah melakukan kebajikan, maka kenalilah kebajikan tersebut. Begitu pula agar kita terselamatkan dari kejelekan, maka kenalilah pula kejelekan tersebut. Jika ingin selamat dari syirik, maka pelajarilah macam-macam syirik. Jika ingin menjadi muwahhid (ahli tauhid), maka pelajarilah tauhid dengan benar.
Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, “Ilmu adalah jalan untuk beramal dan jalan (sebab) menuju sesuatu. Sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Ta’ala,
وَآَتَيْنَاهُ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ سَبَبًا
“Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu” (QS. Al Kahfi: 84). Yang dimaksudkan “segala sesuatu” di sini adalah ilmu. [Jadi karena ilmu sebab menggapai tujuan, pen]
Jika kita mengenal hal-hal baik, maka itu adalah jalan kita untuk mengamalkannya. Begitu pula jika kita mengenal hal-hal jelek, maka itu adalah jalan kita untuk tidak melakukannya. Namun semua ini tergantung niat. Kadang malah jiwa selalu mengantarkan kepada kejelekan. Jika kita mengilmui (mengenal) kejelekan malah kadang mendorong kita untuk melakukanya. Begitu pula ketika kita mengenal kebaikan malah membuat kita enggan melakukannya. Hal ini terjadi pula dalam hal dosa dan dalam perkara yang melampaui batas tanpa lewat jalan yang benar. Contohnya saja minuman keras yang diambil dari zat-zat yang memabukkan, maka kadang dikelabui dengan nama yang lain sehingga orang menilainya halal padahal nyatanya khomr (sesuatu yang memabukkan).” (Qo’idah fil Mahabbah, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, hal. 192, terbitan Dar Ibnu Hazm)
Artinya di sini, jika kita ingin beramal kebaikan dan menghindarkan diri dari kemungkaran, maka awalilah dengan berilmu terdahulu. Berilmulah tentang kebaikan supaya kita bisa mengamalkannya dan berilmulah pula tentang kejelekan supaya kita bisa menjauhinya. Mudah-mudahan kita dihindarkan dari niat buruk yang bisa mengubah maksud tadi.
Wallahu waliyyut taufiq.
@ Sakan 27 Jami’ah Malik Su’ud, Riyadh, KSA, 26/11/1433 H